Desa Citalahab: Kebun Teh, Taman Nasional dan Matahari Terbit Part 1
7/20/2015
Add Comment
Mendengar Citalahab, pasti banyak traveler yang tidak mengetahuinya. Coba sekarang ambil smartphone, klik app. Google Map, pasti tidak dapat ditunjukkan keberadaan desa ini even oleh orang yang mengaku orang Bogor asli sekalipun :D.
Desa Citalahab berada di Bogor (perbatasan dengan Sukabumi), masih di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Desa ini di huni oleh penduduk dengan mata pencarian sebagai pemetik teh dan bertani. Sebenarnya Citalahab merujuk ke Desa Citalahab sentral karena berapa ratus meter di atas ada Desa Citalahab bedeng yang di huni lebih banyak keluarga. Sementara Desa Citalahab sentral, selanjutnya kita sebut Citalahab, hanya 20 Kepala Keluarga (KK).
Menuju desa ini buat yang pertama kali datang, seperti saya akan cukup kesulitan,, istilahnya sering nyasar. Desa ini tidak ada di Google Map sekalipun. Rute perjalannya kita mulai dari jalan yang cukup terkenal, Dramaga-Ciampea-Leuwiliang-Leuwisadeng-Nanggung-Malasari (kawasan TNGHS)-Kebun Teh Malasari, nah di area kebun teh ini kita akan menemukan Desa Malasari dan Citalahab (bedenh dan sentral).
OK, perjalanan ini sudah direncanakan hari Kamis satu hari sebelum lebaran, pendek memang. Baca-baca dan cari info mengenai desa ini via mbah Google. Dan janjian dengan Pak Suryana akan menginap disana sekitar dua malam.
Sesudah beberes, mulai dari rumah, Jalan Baru (masih Bogor), sekitar jam 10 pagi. Sampai pertigaan Dramaga masih lancar, abis itu jrengggg macet total, mungkin hari ke 2 lebaran..... sehingga sampai kampus IPB yang berjarak berapa kilo aja di tempuh dalam waktu 2 jam. Macet terus sampai ke Ciampea tapi tidak separah Dramaga, lancar di Leuwiliang hanya macet di depan pasar. Selanjutnya lancar hanya saja dari Leuwiliang ke nanggung melewati jalan desa dimana banyak polisi tidur.... (mungkin saya usul ke Dephub membuat standar SNI buat ukuran ketinggian dan lokasi dimana saja ini polisi tidur harus dipake... hahahaha preeet).
Menembus kemacetan |
Memasuki Nanggung perjalanan mulai terjal berliku (emang hidup loe doang yang terjal berliku... :p). Kondisi jalan ibarat kue semprit kegencet (kayak apa ya...? ), gitu dehhhhhh tipikal jalanan desa di wilayah kabupaten Bogor, sapa ya bupatinya.... upps.
Jadi gak bakalan bisa ngebut apalagi pake mobil banci (kata temen saya, sedan gak sport gak hehehhe alias city car). Tapi perjalanan ini terobati dengan pemandangan desa yang cantik, kalo kata orang Padang sih, it's beautiful.....!!! Tapi awas jangan meleng tar kecebur jurang.....
Desa Nanggung |
Desa Malasari |
Sampai di pertigaan ke TNGHS saya istirahat dulu, makan baso, secara RM Padang is not available bro.....
Setelah kencing bentar perjalanan di lanjutken.... kira-kira beberapa kilo di depan ada Gerbang Selamat Datang... artinya kita akan masuk hutan. Kondisi jalannya udah ketahuan deh, tipikal banget ama gerbang yang satu lagi.... (liat blog saya yang ini Berburu Curug). Kita akan menempuh perjalanan sekitar 9km, hati-hati dengan kondisi jalan berbatu dan berlubang, dan jurang.
Karena di hutan pemandangannya ya pohon-pohon lah, sama para biker/penduduk desa yang piyik-piyik maupun ibu-ibuk sangat gesit sekali bawa motor, melewati jalanan berbatu dan naik turun. Saya harapkan ada diantara mereka yang akan jadi pembalap internasional, amiiin.
Nah setelah 9 km terlewati kita akan memasuki kawasan perkebunan teh, baguuus bangeeeet (sambil berlinang air mata, tisu mana tisu mana...)... lebaydotcom.
View ini berbanding terbalik dengan kondisi jalan yang kerusakannya bisa 4x lebih parah dari jalan di hutan. Dan saya sangat prihatin liat kondisi mobil ini huahauahaua..... Jadi kecepatan mobil di atur seperti berada di kemacetan Bogor, dengan manuver kiri kanan melewati lobang dan kadang-kadang tidak bisa melewati batu gede dan bunyi nyaring dua benda yang bearudu, batu dan besi....
Kondisi jalan di kebun teh |
Desa Malani |
Desa Citalahab bedeng |
View di kebun teh |
Pokoke perjalanan ini bisa dibilang wisata religi, di mulai dengan doa dan ucapan astagfirullah tiap kali bunyi kraak, ato tiba-tiba ada mobil dari depan.
Oh iya kalo pake GPS, cuman sampe Nanggung ya, selanjutnya pake GPS yang satu lagi yaitu Gunakan Penduduk Sekitar.
Setelah lebih dari 1 jam menempuh jarak 6 km akhirnya sampe juga di Citalahab, ketemu Pak Suryana. Dan disana sudah ada satu keluarga dengan 2 anak yang sudah menginap dari Jumat. jam sudah menunjukkan jam 5 sore. Dan saya di taro (emange tas...) di rumah penduduk karena homestay sudah dibooking oleh bule-bule yang akan datang malamnya.
Itu loh mobil sayah.... :malu |
Tempat menginap |
Sungai dengan air yang sangat jernih |
Makan malam, dan mie pun jadi makanan wajib pagi siang malam hahahahaha |
Menginap di rumah penduduk, Pak Abas masih iparnya Pak Suryana, kamar seadanya dan makan seperti yang mereka makan..... Jam 7 malam istirahat dulu.... mandi? no way... kayak es hehehehe
Kalau kamu pengen camping juga disediakan Camping Ground seperti keluarga di bawah...
Dari semuanya cuman satu yang merusak hari saya, dikamar ada poster Justin Bieber... oh noooooooo....... (tidur apa pingsan)
[Sumber: udaindra.blogspot.com]
0 Response to "Desa Citalahab: Kebun Teh, Taman Nasional dan Matahari Terbit Part 1"
Post a Comment