Ciasmara-Sekeping Surga yang Terlupakan II: Curug Cikawah dan Curug Glaweran


Janji untuk kembali lagi ke Ciasmara akhirnya terlaksana. Sebelumnya saya dan Revan sudah berkunjung ke sini di 12 Februari 2017, tapi belum puas rasanya karena sebenarnya spot andalan di sini adalah Curug Cikawah. Kunjung sebelumnya, karena hujan kami tidak jadi ke Cikawah, hanya mengunjungi Curug Sader dan Curug Cimanglid. Untuk cerita kunjungan sebelumnya silahkan dibaca di link berikut: Ciasmara: Curug Saderi dan Curug Cimanglid.
Oh iya, kenapa sih namanya Curug Cikawah? Apa ada hubungannya dengan kawah? Ya pastinya, ada hubungannya dengan kawah. Apa kawah yang dimaksud adalah Kawah Ratu? Gak... beda ama Kawah Ratu. Apa sih nama kawahnya? Gak ada namanya hehehehe, itu adalah pertanyaan yang sempat saya tanyakan kepada guide nya. Katanya orang-orang sana cuman menyebutnya Cikawah.. That's all.... case closed yes....!!! :D
Nah untuk ke sini, detailnya bisa di baca di link di atas ya.... jangan males bacanya. Nah kemaren itu kami dari awal berniat menginap di saungnya si Abah (2x kesana kok namanya si Abah lupa melulu ya hehehehe, ya udah dipanggil Abah aja). Dulu udah diinfokan sewanya Rp. 400.000 per malam.
Oke, singkat cerita, saya dan Revan dengan motor (ingat ya... mobil gak bisa masuk sampe ke dalam) berangkat dari rumah sekitar jam 1 kurang dan janjian ketemu dengan Kusti sepupunya Revan yang motoran sendiri dari Cawang (Jakarta), kita ketemu di depan RS. Hermina. Kemudian kami konvoi terus ambil belok kanan Cifor tembus ke jalan Dramaga. Nah di pertigaan masuk Dramaga ini drama banget, macet hampir gak bergerak, kemudian melambat terus sampe kampus IPB. Karena bawa motor kami nyelip-nyelip di tengah-tengah, kadang-kadang zig-zag diantara mobil-mobil. Sedikit bahaya sih, tapi harus dilakukan biar cepat hehehe..
Melewati kampus IPB udah mulai mendingan, sampai Ciampea terus pertigaan Cibatok (arah Salak Endah), nah di pertigaan ini kalau kalian pengen ke Salak Endah yang banyak curug-curug seperti Curug Seribu, Cigamea, Ngumpet, Pangeran, Kondang, Balong Endah, etc silahkan ambil kiri. Nah kalau ke Cisamara kita ambil belokan setelah Cibatok tepatnya pertigaan Cemplang. Dari pertigaan ini ke Ciasmara sekitar 18 km lagi.
Nah setelah sampai Ciasihan nanti ada pertigaan sebelum Indomaret, tapi gegara coba-coba cari jalan lain dan mengikuti Google Map akhirnya nyasar dan balik lagi mengikuti jalan yang pernah dilewati dulu.
Ternyata dari pertigaan Indomaret ke dalam menuju desa wisata, jalannya masih seperti dulu belum diperbaiki, jalan berbatu. Untuklah sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan view pegunungan dengan sawah yang terhampar hijau dan udaranya yang sejuk. Pokoknya perjalanan jauh gak bakalan berasa. Dan kami sampai di gerbang Desa Wisata Ciasmara, Kampung Cipanas Karang habis Ashar. Kami istirahat di saung yang akan kami sewa, sambil menunggu kunci dari si Abah. Sekitar jam 4-an si Abah datang membawa kunci. Karena sudah sore, kami cuman bisa istirahat padahal tadinya berencana hunting curug yang dekat-dekat.
Oh iya, sunset juga gak muncul karena berkabut. Jadilah kita cuman istirahat dan ngobrol-ngobrol sama si Abah. Makan malam kebetulan bawa nasi dan rending dari rumah jadi gak repot masak atau pesan makanan. Karena gak ada kegiatan, meski udara sangat dingin, si Revan dan Wulan berenang di kolam atas, katanya sih Night Swimming :D.
Karena gak banyak kegiatan, kami lanjut istirahat karena berjanji akan di antar guide ke Cikawah jam 8 pagi. Di tengah cuaca yang dingin, memakai baju dingin plus sarung dan kaus kaki kamipun tidur diiringi suara gemericik aliran air sungai dan suara kodok....
Bangun pagi, sholat subuh, tidur lagi hehehe.... Sekitar jam 6, menikmati sunrise dan jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Suasana tambah seru karna tingkah anjing dan kucing yang sedang bercengkrama.
 
Setelah sarapan (gak pakai mandi), jam 8 kamipun berangkat menuju Curug Cikawah ditemani oleh Kang Aca sebagai penunjuk arah. Berlawanan arah dengan Curug Saderi dan Cimanglid, kami menuju arah Barat. Trek pertama, menyeberangi sungai kecil aliran Curug Cimanglid, terus naik dan terlihat sawah yang membentang luas di kiri kanan.
Seperti kondisi sawah di perjalanan menuju Curug Cikoneng-Leuwiliang, di sini juga tersebar bebatuan bekas letusan gunung berapi. Tapi bebatuan yang tersebar disawah-sawah sini tidak terlalu rapat. Setelah melewati persawahan kemudian kami mulai memasuki area hutan. Di sini treknya adalah trek tanah berbatu dan semak dan berada di sisi jurang. 
Beberapa ratus meter di awal trek ini, kami menemukan aliran sungai dan terlihat 1 curug, oleh masyarakat sekitar disebut Curug Glaweran/Gleweran. Curug ini jatuh dari tebih yang mempunyai kemiringan sekitar 90 derajat. Sementara itu kami harus melewati tebing tersebut, untunglah sudah disediakan tangga kayu yang kelihatan mulai rapuh. Sejajar dengan permukaan sungai, dibuatlah titian dari kayu yang menggantung di tebing, untuk pegangan, disediakan besi melintang sepanjang tebing. Nah kebayang kan kalo kayunya tiba-tiba hancur atau tangganya hancur? 
Curug Glaweran
Curug Glaweran
Curug Glaweran
Sanpai sini, kita akan mengikuti aliran sungai. Kadang-kadang menyeberangi sungai dan kadang-kadang menyusuri pinggir sungai. Karena sepanjang trek kondisinya bebatuan, jadi harus ekstra hati-hati jalannya. Di sepanjang perjalanan kita bisa menemukan curug-curug kecil atau leuwi-lewi yang menggoda kita untuk menyebur disana.
Aliran sungai sepanjang perjalanan
Aliran sungai sepanjang perjalanan
Aliran sungai sepanjang perjalanan
 Nah sekitar 30 menit perjalanan kami sudah mulai mencium bau belerang. Kata Kang Aca, mungkin sekitar jam 9 kami sampai ke Cikawah, artinya kami cuman menempuh pejalanan sekitar 1 jam saja, wow.. padahal kata Kang Aca, rata-rata pengunjung yang pernah di antarnya menempuh perjalanan rata-rata 2 jam.....
Nah, di suatu titik, kami bertemu dengan pertemuan 2 aliran sungai, dikiri airnya sangat jernih dan dingin dan bisa diminum, di sebelah kanan airnya hangat, bercampur sulfur yng merupakan aliran Curug Cikawah.
Gak beberapa jauh dari sini, kami sudah bisa melihat kepulan asap dari kawah, dan berlatar curug. Semakin mendekat, semakin excited dan buru-buru segera berada dekat kawah dan curug.
Akhirnya kamipun sampai di dekat kawah.... 
  
  
 
 
 
 
 
Mirip sih dengan Jaboi Volcano yang ada di Sabang tapi kebetulan saat itu kadar sulfurnya gak terlalu tinggi. Karena kondisi aman, kamipun menuju Curug. Melewati bebatuan panas dan air yang keliatan mendidih dan mengeluarkan asap kamipun menerjang kondisi ini. Hingga akhirnya sampai di area curug.
 
 
 
Curug ini lumayan tinggi, ada 2 undakan yang kelihatan dari jauh tapi kalau berada di dekat curug hanya terlihat 1 undakan saja. Airnya sangat jernih dan dingin. Kamipun mangambi 2 botol untuk persediaan minum. Rasanya? Leih segar dari air mineral merek manapun hehehehe. Nah aliran air curug inilah ketika melewati kawah akan ‘dimasak’ bercampur dengan sulufur/belerang. Disinilah kita harus hati-hati melangkah jangan sampai masuk ke kubangan air yang mendidih. Oh iya, dari curug ini kita bisa loh menuju Jayanegara-Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 1 jam-an saja.
Setelah puas berfoto-foto kamipun turun. Di salah satu aliran air, yang membentuk leuwi yang dalamnya sekitar 1,5 m kami pun menyempatakan diri untuk mandi. Airnya hangat cenderung panas. Berendam di air panas ini membuat badan menjadi fresh lagi.... Setelah selesai berendam, kamipun melanjutkan perjalanan pulang.
Sampai di penginapan sekitar zuhur. Kemudian istirahat dan makan siang. Tadinya kami ingin melanjutkan perjalanan mengunjungi Curug Saat, tapi berhubung airnya kering kamipun kembali. Sbagai ucapan terima kasih kami memberi tips buat Kang Aca sebesar Rp. 100.000.
Sebelum pulang kami menyempatkan diri berenang dikolam yang airnya berasal dari sungai, jadinya berasa sejuk dan fresh..... 
 
Setelah puas berenang dikolam alami tersebut, kamipun bersih-bersih dan beberes. Sekitar jam 3 kamipun tancap gas meninggalkan Ciasmara. Terima kasih Ciasmara, suatu hari nanti kami akan kembali.....
Berfoto sama Abah
Siap-siap pulang... gassss...
Link terkait:

- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid

[Sumber: udaindra.blogspot.com]

0 Response to "Ciasmara-Sekeping Surga yang Terlupakan II: Curug Cikawah dan Curug Glaweran"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel