Desa Citalahab: Kebun Teh, Taman Nasional dan Matahari Terbit Part 2

Setelah berhibernasi selama 10 jam (diselingi sholat subuh) saatnya melihat sunrise, meski agak terlambat jam 5.30. Berjalan di pintu grbang desa kira kira 100 meter kita sudah bisa melihat sunrise dengan latar Gunung Salak-Pangrango plus bernarsis ria. Tapi view yang paling bagus, di lapangan Bola deket desa Bedeng, untung ada bapak-bapak yang ngajak ke atas pake motor.......
Gak perlu ganteng buat narsis
Piss yo....
Setelah poto-poto selanjutnya trekking, sekitar 2 km, dimulai dari belakang desa sampai Curug Macan, melewati Canopy Trail dan Cikaniki Research Center. Perjalanan di mulai jam 8 pagi. Perjalanan di guide oleh Pak Abas.
Narsis bisa dimana aja...
Suasana di dalam hutan

Di sepanjang jalan kita disuguhi oleh suasana hutan tropis dan suara gemericik air. Kadang-kadang kita temui aliran mata air yang pastinya jernih banget....
Karena ini dulunya wilayah penelitian JICA, kerjasama Jepang-Indonesia gitu deh, pohon-pohonnya banyak yang dilabelin dan diberi nama.
Di sini kita juga menemukan Canopy Trail, jembatan gantung di atas hutan dengan ketinggian sekitar 30m. Jadi buat kamu yang takut ketinggian, phobia apa gitu ya.... jangan naik ya, tar bisa mati berdiri loh....
Sayang sekali dibawah banyak sampah seperti botol minuman ringan, bungkus makanan etc. Mungkin para alay abis berkunjung kesini.... kalo kamu suka buang sampah sembarangan, nih pesan buat kamu..... F*uck you...... (sambil nunjukin jari tengah hehehehe).

Beberapa ratus meter dari Canopy Trail kita akan menemukan Cikaniki Research Center
Narsis tiada henti....
Di dalam gedung ini tersimpan hasil penelitian flora dan fauna yang ada di TNGHS, seperti Macan Tutul, macan Kumbang, Ajag, Trenggiling, Elang jawa, Owa, Anggrek, dll. Banyak diantaranya sudah terancam punah. So sudah kewajiban kita guys buat menjaga kelangsungan hidup mereka...... (wise banget gw yak, maklum faktou U hehehehe).
Di sini juga ada rumah Anggrek, tapi sudah sangat tidak terurus sama seperti pusat penelitiannya semenjak ditinggal Jepang, katanya gak ada dana. Pas saya datang listriknya mati....
Rumah (terlantar) Anggrek
200m dari Rumah Cikaniki kita bisa temui Curug Macan, trekking dikit lah, palingan 50m dari jalan.....
Tinggi curug sekitar 6 meter, memecah di batu-batu besar dan di bawah ada aliran sungai...
Jalan menuju Curug
Curug Macan
Setelah puas poto-poto saatnya balik ke penginapan, melewati perkebunan teh.
Perjalanan pulang serasa agak berat karena jalan berbatu dan terbuka, jadi jangan lupa siapkan minuman.
Sampai di penginapan jam 11.30, istirahat, mandi dan istirahat lagi. Dan setengah hari cuman leyeh-leyeh....
Pagi-pagi besok jam 8 (jadinya jam 9) harus balik.

Pulang ditempuh dalam waktu 4 jam, karena macetnya sudah berkurang dan tidak nyasar lagi.

Catatan:
- Biaya masuk TNGHS: Rp. 5.000
- Biaya masuk Cikaniki Riset: Rp. 5.000
- Biaya kamar per malam: Rp. 100.000
- Biaya makan: seikhlasnya

Meski biaya makan seikhlasnya cobalah dilebihkan, buat membantu penduduk lokal. Coba kamu bayangkan, upah harian memetik teh, cuman Rp. 600 /kg, sehari bisa dapat 5 kg, bekerja dari jam 7-12 siang, jadi sebulan Rp. 900.000 itupun kalo kerja 30 hari. masih ajuh beruntung kita-kita yang diberi kelebihan...

Jadi apapun keadaannya banyak-banyak lah bersyukur.............

[Sumber: udaindra.blogspot.com]

0 Response to "Desa Citalahab: Kebun Teh, Taman Nasional dan Matahari Terbit Part 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel