Minggu, 25 Juni 2017. Hari ini adalah Lebaran hari pertama. Hari ini kami berlebaran di rumah adik saya di Padang Panjang. Sekitar jam 10 kami menggunakan satu mobil yang diisi 9 orang kami jalan-jalan sekitaran Padang Panjang. Itinerary hari ini ke Koto Gadang-Ngarai Sianok-Bukik/Tabiang Takuruang-Kincia Kamba Tigo. |
Lebaran di Padang Panjang
|
|
Lebaran di Padang Panjang |
4. Nagari Koto Gadang
Nagari dalam bahasa Minang bisa beaarti desa. Berada dekat kota Bukittinggi. Jadi kalau traveler berkunjung ke Panorama Bukittinggi, nah di seberang ngarai Sianok itu adalah Koto Gadang. Jadi desa ini punya view Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok.
Desa ini sudah ada dari jaman dulu, terkenal sebagai Desa Terpelajar. Banyak tokoh-tokoh masyarakat Minang maupun nasional berasal dari sini, diantaranya Agus Salim, Emil Salim, Sutat Syahrir, etc.
|
Salah satu sudut Koto Gadang |
|
Salah satu sudut Koto Gadang |
|
Salah satu sudut Koto Gadang |
Nagari ini dikenal sebagai penghasil kerajinan perak. Jadi kalau kesini banyak sekali pusat-pusat kerajinan tangan/home industri perak. Juga buat yang suka kuliner, disini juga terkenal dengan bebek sambel hijaunya.
Nah, di sini adalah kampungnya ipar saya, Ade. Harap dicatat, di nagari ini, banyak sekali rumah-rumah yang tidak berpenghuni yang ditinggal merantau. Jadi kalau di daerah lain rumah-rumah banyak yang dikontrakkan, maka disini perantaunya banyak yang menggaji orang untuk menunggui rumahnya hahaha. Melewati jalan di depan rumah ipar saya, kami menuju ke arah Ngarai Sianok. Tujuan awal ingin menuruni Great Wall, atau tangga besar untuk turun ke Ngarai Sianok. Tapi karena sudah siang sementara kami harus ke Tabiang Takuruang dan Kincia Kamba Tigo, jadi kami cuman sampai pelataran parkir saja dan melanjutkan perjalanan.
|
Ngarai Sianok dari Koto Gadang |
5. Tabiang/Bukik Takuruang (Tebing Terkurung)
Melanjutkan perjalanan, kami menuju Ngarai Sianok. Dinamakan Bukik Takuruang, karena ada bukit kecil yang berada di tengah Ngarai Sianok. Jadi kalau kita melihat dari Panorama, akan terlihat bukit kecil sendiri di tengah Ngarai.
Jadi perjalanan kami ini memutar/menyisir Ngarai. Namanya Ngarai pastilah jalannya naik turun dan berbelok-belok. Tapi untungnya jalanan di sini dan umumnya di Sumbar bagus-bagus.
Perlu beberapa kali bertanya ke penduduk sekitar untuk mengetahui lokasi bukit ini. Akhirnya sampai di suatu jembatan yang dibawahnya mengalir sungai yang bening dan tidak terlalu dalam. Kemudian kami ambil kiri menyusuri sungai hingga sampai di suatu cottage. Masuk ke dalam perkarangan cottage dan kami parkir. Terlihat cottage sepi dan hanya ada 2 orang pekerja sedang bekerja. Kami diperbolehkan masuk di area restoran/cafe.
|
Bukik Takuruang |
|
Bukik Takuruang |
Dari resto terlihat jelas Bukik Takuruang. Di sebelah kiri mengalir sungai yang tidak terlalu luas dan dalam. Sayang sekali rsto nya tidak buka (maklum leberan hahahaha). Jadi kami di sini tidak terllau lama, hanya foto-foto sebentar, karena sudah jam 2 lebih kami melanjutkan perjalanan.
6. Kicia Kamba Tigo (Kincir Kembar Tiga)
Lokasi kincir ini berada di aliran Batang Ombilin (Sungai Ombilin), di Jorong Padang Data, Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Dari Bukittinggi bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Gak usah takut bosan dijalan, dijamin gak bakalan bosan karena sepanjang jalan akan disuguhi pemandangan hijau persawahan di kiri kanan dengan latar belakang Bukit Barisan. Apalagi mendekati Danau Singkarak, berhentilah sebentar dipinggir jalan untuk mengambil foto yang jarang ditemui ini. Juga dikiri kanan banyak pedagang buah sawo yang melimpah di sini juga Durian yang boleh dikata gak kenal musim ini. Durian Bukik Tuo sangat terkenal di Sumatera Barat, cobalah kalau ada kesempatan berkunjung ke sini.
Mendekati muara Batang Ombilin (muaranya ke Danau Singkarak ya, bukan ke laut hehehehe). Ambil belokan ke kiri, terus saja, cobalah ertanya ke penduduk sekitar dan perhatikan petunjuk arah. Setelah melihat spanduk besar lokasi wisata ini, kami mengambil jalan ke kanan, memasuki jalan desa yang muat 1 mobil ini kondisinya lumayan jelek (untung dibuat satu arah, jadi masuk keluarnya beda), tapi gak terlalu jauh sampai terlihat parkiran di sepanjang jalan. Menemukan lokasi yang ksong di pinggir jalan kamipun parkir. Tidak ada tiket masuk disini. Karena gak ada tiket, kamipun cukup belanja minuman dan makanan ringan yang ada di parkiran.
|
Kondisi jalan masuk menuju parkiran
|
|
Lokasi parkir |
Jalan menuju sungai di bawah cukup terjal sehingga Ibuk tidak berani turun hanya menunggu di atas. Jalan setapak tanah merah diantara pohon coklat bejarak sekitar 600 meter hingga sungai. Turunan yang cukup eksterm ada di beberapa puluh meter mencapai sungai. Buat yang jarang olahraga pastilah akan berasa berat.
|
View Batang Ombilin |
|
Coklat |
|
Ayi ponakan Makdang
|
Sampai di pinggir sungai terlihat 3 kincir yang berputar karena arus sungai. Diameter kincir sekitar 20 meter ditopang oleh pondasi yang kokoh. Terihat pipa-pipa yang berguna untuk mengalirkan air ke sawah dan rumah-rumah penduduk.
Jadi ceritanya, dulu daerah ini kalau musim kemarau kekurangan air karena rumah-rumah penduduk berada di atas. Jadi atas jasa perantau Minang yang punya pengetahuan tentang kincir berinisiatif membangun kincir ini. Biaya yang dihabiskan hingga ratusan juta rupiah loh!!!.
Di pinggir sungai terdapat saung-saung yang menjual aneka makanan-minuman ringan dan kelapa muda. Juga ada penyewaan ban di sini. Airnya yang jernih dan dingin dan tidak terlalu dalam sangat cocok buat anak-anak maupun orang dewasa untuk berenang dan bermain air.
Lokasi ini jadi viral di medsos, dan juga menjadi salah satu lokasi video clip yang ada di Azan Magrib di Trans7. Meskipun sudah viral, kita harapkan lokasi ini tidak dikomersialisaikan berlebih dan selalu dijaga kebersihannya.
|
Ocha dan Kicir |
Karena sudah menjelah magrib, kamipun melanjutkan perjalanan pulang ke Padang Panjang.
Biaya-biaya:
- Ngarai Sianok: parkir Rp. 5.000
- Bukik Takuruang: gratis
- Kincia Kamba Tigo : parkir Rp. 5.000, masuk:gratis
Link terkait:
0 Response to "Alam Minangkabau: Koto Gadang, Bukik Takuruang dan Kincia Kamba Tigo"
Post a Comment