Hiking ceria ke Goa Agung Garunggang Geopark-Sentul, Bogor
8/29/2016
Add Comment
"Mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra....", begitu sepenggal lirik lagu pembuka Kartun Ninja Hattori yang sangat cocok untuk menggambarkan perjalanan ke Goa Agung Garunggang yang tersembunyi di perbukitan Sentul, Bogor atau tepatnya di desa Karang Tengah, Babakan Madang.
Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan kita disuguhi oleh pemandangan yang sangat menakjubkan, barisan perbukitan yang menghijau, ladang, perkebunan dan sungai.
Oke, kita mulai dari awal perjalan ya.
Sebenarnya saya sudah lama banget kepingin ke situs ini. Dan pinti masuk ke lokasi ini, sering juga dilewati, karena jalannya searah kalau kita mau ke Leuwi Hejo, Curug Putri Kencana, atau ke Curug Hordeng seperti yang saya tulis di blog-blog saya sebelumnya.
Perjalanan kali ini ditemani oleh Revan (sebelumnya kami juga ke Suaka Elang, Loji). Karena kami sama-sama dari Bogor, jadinya jarak ke sana juga tidak terlalu jauh. Kami berangkat sekitar jam 7.15 pagi.
Singkatnya, kami menuju ke Sentul City sampai ke gerbang Jungle Land, dan disamping kanan ada jalan desa dan dipertigaan Gunung Pancar kita ambil kiri. Kira-kira 3 km kita akan ketemu jalan masuk ke situs goa. Kami parkir di salah satu rumah warga (di sebelah kanan jalan). Dan dari sini kami mulai trekking.
Jalan masuk |
Baru memulai trekking kita sudah disuguhi pemandangan khas pedesaan, sungai dan sawah. Kita akan melewati jembatan dimana di bawahnya ada leuwi-leuwi cuman saja airnya tentu tidak sebening air yang berasal dari hulu. Tapi lumayan bagus buat di foto. Perjalanan berikutnya kita memasuki perkampungan dengan rumah-rumah sederhana. Beberapa ratus meter nanti kita ketemu pertigaan dimana ada pos kecil, nanti kita membayar seiklasnya (kami bayar berdua Rp. 20.000). Nanti dari pertigaan kita belok kiri, mulai dari sini kita akan menempuh jalan tanah merah, dan mulai naik turun bukit. Dari sini kita akan melihat perbukitan di kejauhan, kebun kopi, ladang singkong dan hutan-hutan pinus. Dan mulai dari sini kamu gak bakalan melihat rumah disepanjang perjalanan apalagi warung, jadi siap-siap bawa bekal terutama air minum.
Suasana pegunungan |
Jalur trekking |
salah satu view menuju goa |
Ini siapa coba? |
Oh iya, diperjalanan kami bertemu grup (sepertinya keluarga dari India) yang melakukan trekking dan seorang wanita bule yang lari bersama pemandunya.
Di sepanjang perjalanan kami tidak lupa mengabadikan pemandangan yang bagus ini. Sehingga perjalanan agak terlambat hehehe..... namanya juga jalan-jalan, kita harus nikmati, ingat "This is a journey, is not a destination".
Kira-kira hampir 1.5 jam perjalanan di sebuah lembah tersembunyi akhirnya kami melihat bebatuan di bawah sana. Wow, excited.... sampai juga akhirnya...
Turun ke bawah, tetap, kita melewati tanah merah... dan langsung foto-foto hehehehe.
Cuman bentar foto-foto, kami di samperin oleh bapak yang menjaga situs ini, namanya Abah Ajum, umurnya 75 tahun. Kami berkenalan, cuman karena dianya selalu pakai bahasa Sunda, tentu saja cuman Revan yang bisa ngobrol. Sesekali saya nanya pakai bahasa Indonesia, nanti dia jawab dengan bahasa Indonesia juga.
Abah Ajum meunjukka kepada kami salah satu pintu goa, pintunya cukup dalam dan ini pintu yang tidak biasa di masuki. Dan kami dibawa ke pintu goa yang biasa di masuki pengunjung. Di pintu goa sudah di sediakan tangga dari bambu, dan Abah Ajum memandu kami.. (padahal umurnya sudah 75 tahun loh ...). Saya turun terakhir, pas turun ada sungai kecil yang mengalir di dinding pintu masuk yang mengalir ke dalam gua, karena bebatuannya kasar (dari kapur) meski dilewati air, bebatuannya tidak licin, tapi tetap harus berhati-hati, jangan sampai jatuh. Karena kami tidak bawa senter, jadilah Revan menggunakan senter HP untuk membantu penerangan. Sementara Abah Ajum membawa senter sendiri.
Revanmasuk goa |
Suasana dalam goa |
Revan dan Abah |
Revan dan Abah |
Revan dan Abah |
Di tengah perjalanan nanti kita ketemu sarang kelelawar di atap goa yang berupa kubah. Selanjutnya kita akan menemui trek dimana kita harus merangkak supaya bisa masuk. Di sini kami berhenti, dan kembali alias selesai dan balik lagi. Jadi buat kamu yang memang pengen susur gua (kabarnya sih bisa sampai 3 km) persiapkan peralatan buat susur goa, seperti senter, help, etc. Tapi walau cuman trek pendek, kami sudah cukup puas.
Selanjutnya di kami mulai mengambil foto-foto bebatuan yang unik-unik....
Oh iya, situs ini ditemukan oleh Abah Ajum di tahun 1987 loh, katanya sih area ini dulu masih berupa hutan dengan pohon-pohon besar, tapi sekarang sudah berubah jadi ladang dan kebun.
Salah satu spot yang menarik adalah air terjun buatan mini, air terjun ini dibuat oleh Abah dengan mengalirkan air sungai melalui pipa (flexible pipe) melewai salah satu batu. Juga dilengkapi taman yang lumayan bagus.... dan dilengkapi satu saung, jadi siapapun berada disini pasti akan betah berlama-lama.
Juga kalian bisa foto-foto di bebatuan yang mirip-mirip labirin.
Yang menjadi pusat perhatian adalah sebuah pohon beringin yang seolah-olah tumbuh di atas batu. Di bawah pohon ini kami pesan mie rebus di abah Ajum..... jadi kalo kalian gak bawa minuman, abah jualan kecil-kecilan di warungnya.
Makan mie di bawah pohon beringin.... |
Setelah makan mie, saya coba lagi ambil foto-foto dari berbagai sudut. Untung aja setelah mengexplore semua sudut (seperti nya sih hehehe) tiba-tiba turun hujan. Dan kami berteduh di warung kecil Abah. Dari arah bukit dating 5 motor trail yang juga istirahat di sini. Dan menurut mereka, mereka sudah trail dari jam 9 pagi. Dan ternyata mereka lah yang pertama kali membuka jalan ke situs ini..... Thanks hehehe.
Sumpah ini bukan saya :D |
Setelah hujan berhenti, kami buru-buru balik, dan bayar makan (mie 2 porsi Rp. 10.000) dan kasih Abah Rp. 25.000 buat jadi guide ke gua.
Karena habis hujan, jalanan yang tadi kita lewati menjadi kayak adonan kue gagal hahahah, dan jalan jadi lambat dan licin, begitu juga motor trail tadi. Sepanjang jalan mereka berhenti dan dibantu anak-anak setempat buat dorong motornya.
Karena habis hujan, jalanan yang tadi kita lewati menjadi kayak adonan kue gagal hahahah, dan jalan jadi lambat dan licin, begitu juga motor trail tadi. Sepanjang jalan mereka berhenti dan dibantu anak-anak setempat buat dorong motornya.
Nah, ditengah jalan hujan lagi (meski gak deres), untung bawa dry bag, jadi HP, kamera, dompet di simpan di dry bag. Badan juga kotor kena lumpur dari ban motor trail yang lewat. Sampai di kali kecil, kami membersihkan diri.
Di sungai yang tadi dilewati kami pun mampir sebentar, cuman buat foto-foto hehehehe....
Setelah puas kami melanjutkan perjalanan yang cuman sekitar 100 meter lagi. Sampai di parkiran, saya kasih si Ibuk yang punya rumah Rp. 10.000, lumayan buat jagain mobil ....
Kondisi jalan berlumpur... |
Revan... pura2 bawa motor :p |
Lumpuran |
Selanjutnya kami melanjutkan perjalan.. karena belum makan siang (sudah menunjukkan hampir jam 3 sore), kami mampir di warung Sunda di pertigaan Gunung Pancar, dimana beberapa kali saya mampir di sini. Menu favorit.... jengkol goring hehehehe.....
Selanjutnya nganter Revan pulang tapi sebelumnya kami mampir dulu di Sop Buah Pak Ewok... hehehe.
Sekian cerita trip kali ini....
Silahkan berkunjung, gak rugi loh..... :D
[Sumber: udaindra.blogspot.com]
0 Response to "Hiking ceria ke Goa Agung Garunggang Geopark-Sentul, Bogor"
Post a Comment