Malaka: The World Heritage City

Sebenarnya ini adalah kunjungan ke-9 saya ke Malaysia, 8 kali untuk tujuan bussiness trip dan terakhir adalah liburan. Biasanya saya mengunjungi Syah Alam dan batu Caves, tapi untuk liburan ini saya memilih Malaka.

Malaka merupakan bagian dari Kerajaan Malaysia yang berada, seperti namanya, di selat Malaka. Kerajaan Malaka pernah mencapai kejayaannya sekitar abad ke-15. Didirikan oleh Parameswara. Kerjaan ini menguasai Semenanjung Malaysia dan sebagian Sumatera. Jadi zaman sebelum ada Indonesia dan Malaysia, Kerajaan Melayu ini mau tidak mau tidak akan lepas dari sejarah bangsa Indonesia terutama Melayu di Sumatera. Jadi nama-nama Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir dan hang Lekiu tidak akan terpisahkan....

Untuk mencapai Malaka ini, pengalaman saya, dari Airport naik Bus (semacam Damri di sini) ke KL Central, kira-kira 30-1 jam tergantung keadaan lalulintas, dengan bayaran sekitar 7 RM (lebih murah dengan membeli online dengan tiket pesawat A*r As*a. Dari sini kita naik Kereta ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS), cukup bayar 1 RM (Nov. 2013), jangan bayangin seperti naik kereta di sini ya hehehehe...

TBS adalah terminal terpadu yang cukup modern (saya belum menemkan terminal bis seperti ini di Indonesia :(   . Dengan system komputerisasi kamu bisa memilih bis ke Malaka dengan harga bervariasai (saya memilih yang harganya 12.5 RM), nah abis itu cukup duduk manis, beruntung waktu itu bisnya sudah penuh dan hanya beberapa menit saya pun otw ke Malaka. Perjaalanan ke Malaka ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Bus akan berhenti di Malaka Central, dari sini kita pilih bus ke arah (semacam) Alun-alun (atau bilang aja arah ke Jonker Street, seperti Malioboro di Jogja).

Air mancur Ratu Victoria dan Gereja Malaka

Victoria Memorial Clock



Malaka di dijadikan World Heritage (Warisan Dunia) oleh Unesco pada tahun 2008. Di sini ditemukan Victoria Memorial Fountain, Church of Melaka, Jonker Street (Hang Tuah Street), Peranakan architectures, Farmosa Fort, St. Paul Church (berupa reruntuhan), Masjid Kampung Kling dll.
Reruntuhan St. Paul Church


Kuburan orang para pendeta yang berada di dalam reruntuhan
Surau warisan dunia
Masjid Kampung Kling
 Melihat arsitektur Peranakan cobalah jalan kaki di sekitar Jonker Street, di sini kita bisa merasa di film si Pitung :D.

Penginapan selama di Malaka :D

Museum Peranakan
Menyusuri Sungai Malaka yang membelah kota, cobalah mengikuti River Cruise, cukup membayar sekitar 15 RM. Sepanjang sungai kita akan disuguhi bangunan-bangunan kuno yang tertata rapih dan bersih. Di sepanjang sungai ini dulunya banyak terdapat pohon Malaka yang menjadi nama kota ini.


Jembatan Kp. Jawa :D
Kampung Morten
Sungai Malaka di malam hari





Kalau ingin melihat Malaka dari atas, selain dari St. Peter Hill, cobalah naik Menara Taming Sari, nama ini di ambil dari nama Keris Taming Sari, utusan Majapahit yang kalah dibnuh oleh hang Tuah.
Menara ini mempunyai tinggi 80 m, berputar 360 derajat. Dari ketinggian 0-80 m bagian atas akan naik berlahan sambil berputar, setiba di puncak akan berputar sekitar 7 menit dan selanjutnya turun.

Pemandangan dari atas
Pemandangan dari atas
 Di pelataran bawah di sediakan tempat makan dan pijit buat yang kecapean, cukup bayar 10 RM, kamu akan di pijit refleksi oleh pemijit tunanetra yang tertata rapi dan bersih

 Kalau mau keliling Malaka gratis coba ikuti city tur yang telah disediakan (kalau tidak salah 3x seminggu), coba daftar di Pusat Informasi, satu gedung dengan Surau Warisan Dunia. Bus nya akan tersedia di sekitar Benteng Farmasa

Atau ikutin city tur berbayar, shelternya berada di depan Menara Taming Sari
Di minggu pagi cobalah jalan ke sekitar Jonker Street, ada pasar barang-barang bekas di sini, mulai dari kamera jadul, keramik, setrika, poster, piringan hitam, dll.

oh ya buat teman-teman yang muslim, harus pintar memilih makanan di Jonker Street atau di kafe-kafe sini, tapi para penjual disini akan memberi tahu kalau makanannya tidak boleh (haram) buat kalian :D.

Oke buat kamu yang suka sejarah dan city tur tidak salah kan ke sini :D.

[Sumber: udaindra.blogspot.com]

0 Response to "Malaka: The World Heritage City"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel