Palembang: Kota Wong Kito Galo II


Mesjid Cheng Hoo

Bolak-balik ke Palembang adalah rutinitas yang hamper tiap bulan saya jalani dari tahun 2013. Semua berhubungan dengan pekerjaan.  Perjalanan darat yang hampir 6 jam atau lebih sudah terasa sebentar saking seringnya :D.
Tulisan kali ini mengenai perjalanan terakhir yang bertepatan peristiwa gerhana matahari total yang melewati Palembang. Meeting pekerjaan tanggal 7-8 Maret 2016. Saya berangkat lebih awal tanggal 6 Maret dan pulang ke Jakarta (Bogor) tanggal 9 Maret bertepatan dengan peristiwa gerhana matahari total yang konon kabarnya terjadi cuman 35 tahun sekali melewati Indonesia.
Berangkat hari minggu pesawat jam 10.20 pagi, sampai di hotel hampir jam 12-an dan check-in di budget hotel (Red Planet). Setelah check-in saya langsung menuju jembatan Ampera naik angkot merah Ampera-KM 5.
Naik Angkot
Ongkos Rp. 4.000, memasuki Ampera sudah macet sampai putaran di bawah jembatan.
Pertama-tama saya sholat zuhur dulu di mesjid raya tepat di seberang jalan di bundaran air mancur.setelah itu menuju dermaga untuk cari makan siang.

Mesjid Raya
Makan siang di sini
Kebetulan ada warung makan terapung yang agak mencolok, berwarna merah dan cukup rame di banding yang lain.
Saya mencoba menu Pindang Pegagan (sebenarnya sih tiap ke Palembang selalu makan ini hahaha), lumayan makan sambil memandangi view Jembatan Ampera. Not bad, lumayan rasanya untuk harga Rp. 25rb, gak jauh beda dengan rumah makan mewah di seberang sana :D.
Setelah makan saya tanya ke penjaga warung untuk menuju Pulau Kemaro, dia pun memanggil kenalannya (mungkin sodaranya) pemilik perahu. Awalnya dia menawarkan harga Rp. 200rb pp, tapi akhirnya deal Rp. 150rb. 
Perahu menuju Kemaro
Saat itu cuaca lumayan panas meski banyak awan (mungkin tepatnya gerah). Oh ya, kapalnya bukan speedboat tapi perahu mesin biasa jadi ke Pulau Kemaro memakan waktu sekitar 45 menit. Sepanjang sungai (bukan sepanjang jalan yes… ), saya cuman asyik berselfie ria, maklum cuman sendiri, masa bodo yes…. :D. Oh ya buat kalian yang suka mabok laut hati-hati yes, karena arusnya deras dan gelombang cukup besar karna banyak kapal/speed boat hilir mudik.



Nah setelah 45 menit sampailah di dermaga, sangat mencolok, semuanya berwarna merah, kontras dengan pepohonan  yang berwarna hijau.
Oh iya, tujuan ke Pulau ini kan mau liat Klenteng Kuam In dan Pagodanya yang 9 tingkat itu.
Masuk ke Pulau tidak dipungut biaya. Cuman saat itu klentengnya tidak dibuka untuk umum jadi tidak bisa foto-foto di dalam.
Saya pun keliling-keliling pulau yang kecil itu, foto-foto plus selfie di Pagoda dan Klenteng. Oh ya meskipun hari libur tapi pengunjungnya gak terlalu rame cuman beberapa orang saja. Dan warung-warung yang jualan makanan dan minuman terlihat sepi.

Setelah puas sekitar 1 jam saya pun kembali. Ke hotel lagi menggunakan angkot Ampera-KM5 lagi. Dan istirahat karena kepala agak nyut-nyutan karena kepanasan.
Balik dari Kemaro
 Besok pagi harus bangun pagi dan menuju tempat meeting di Grand Zury Hotel dan menginap di sana semalam tapi besoknya harus check-out dan pindah penginapan (Wisma Kemala) karena sudah full book oleh para turis yang mau melihat gerhana.
Tanggal 9 yang awalnya mau melihat gerhana di Ampera akhirnya dibatalkan, karena di penginapan ada lapangan luas. Disini juga ada beberapa turis jepang dan bule. Cuaca cukup berawan hari ini, dan melihat gerhananya agak terganggu.
Suasana pagi sebelum gerhana



Kebetulan saya gak bawa DSRL jadi melihat gerhananya dari layar kamera turis jepang aja yang canggih, jadi bisa melihat proses gerhana dari awal sampai akhir.
Wah, yang juga melihat peristiwa ini pasti merasakan sensasi pas gerhana total, dimana cuaca jadi gelap dan berasa agak sejuk…. Alhamdulillah …..
Jam 11 siang saya checkout dan menuju Mesjid Cheng Hoo, yang berada di perumahan di depan (dekat) Stadion Jaka Baring.

 





Pengunjung nya saat itu tidak terlalu ramai, hanya saja pas Sholat Zuhur. Saya juga liat kelompok pengunjung yang bajunya bertuliskan My Trip My Adventure: D.
Seperti namanya, Mesjid ini beraksitektur China, dengan 2 menara seperti Pagoda, persis seperti Pagoda di Pulau Kemaro. Mesjidnya tidak terlalu luas, dengan tiang-tiang berwarna merah.
Tadinya saya mau naik ke maenaranya tapi kata satpamnya tidak boleh hahahaha….
Setelah puas ambil foto di setiap angle, sekitar jam 1 cabut.
Renaca mau makan siang di Kampung Kapitan (di seberang River Side Restaurant) tapi ternyata siang hari tutup, bukanya cuman malam.

Ya udahlah, take foto lagi deh di dermaga dekat sana hahaha.
Akhirnya makan deh di River Side, padahal juju raja, makannya sih biasa aja, cuman view nya aja yg bagus, restaurant terapung berbentuk kapal (sebelumnya sih y=udah 2x makan disini tapi kan gratis hehehe) bayar sendiri berasa juga …. :(
Setelah makan siang, akhirnya menuju Pasar 16 Ilir…. Cari duren… akhirnya dapat, karena sudah di ujung musim harganya jadi Rp. 35rb yang biasanya Rp. 10rb, tapi masih lebih murah di banding di Jakarta/Bogor.




Suasana di bawah Ampera
Suasana di bawah Ampera
 Oh iya parkirnya karena terlalu ramai, dapat di areal Museum Sultan Badaruddin II, saya sih gak masuk museum takut gak keburu  flight nya. Cuman foto-foto bagian luar dimana ada arca-arca sisa kerajaan Majapahit sekitar abad ke 9M.

 


 Sekitar jam 4 sore akhirnya ke Bandara, sebelumnya mampir dulu beli pempek dan kerupuk buat oleh-oleh… :D.
Begitulah perjalan di Palembang dimana kota yang selama ini cuman tempat singgah :D.Mudah-mudahan dapat kesempatan lagi menjelajah kota ini.




[Sumber: udaindra.blogspot.com]

0 Response to "Palembang: Kota Wong Kito Galo II"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel